Dinilai Tidak Becus Pimpin Desa, FPS Hendaki Copot Ali Nasihin Sebagai Kades Sidokerto

Sidoarjo – Metrosoerya.com.- Puluhan warga Sidokerto Kecamatan Buduran Sidoarjo yang tergabung dalam Forum Peduli Sidokerto (FPS) ngeluruk ke kantor balai desa setempat. Hal ini dilakukan karena puncak kekesalannya terhadap kepemimpinan terhadap Kepala Desa Ali Nasihin. Jum’at (13/12/2024).
Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan pendemo mendapat pengawalan dari aparat kepolisian Polsek Buduran dan Babinsa Kecamatan Buduran.
Pendemo yang sebagian emak-emak perwakilan para pegogol, perwakilan warga dan tokoh masyarakat ini ingin sekali bertemu dengan kepala desa agar persoalan yang menjadi permasalahan segera selesai. Namun hal itu tidak terwujud pasalnya, kepala desa tidak berani datang beragam alasan.
Karena itu, Camat Buduran Suprayitno dan Ketua BPD Irwan juga hadir di tengah-tengah pendemo untuk mencari solusi. Di kesempatan itu, Camat dan FPS menggelar rembuk desa yang nantinya hasil pertemuan tersebut akan diteruskan ke pihak berwenang untuk ditindaklanjuti.
Dalam rembuk desa FPS menegaskan agar Ali Nasihin dicopot sebagai kepala Desa. “Kami mohon agar pak camat merekom untuk mencopot Nasihan sebagai kepala desa karena tidak becus memimpin desa,” tegas salah seorang warga yang diamini oleh anggota FPS.
Para perwakilan warga juga menduga kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan oleh kepala desa. “Bukan hanya penjualan tanah gogol gilir, sebelumnya juga dilakukan oleh Nasihin yakni pembangunan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu(TPST) yang disertifikatkan atas nama pribadi (Nasihin) dan juga Bantuan Keuangan (BK) semuanya harus diaudit oleh yang berwenang,” jelasnya.
Warga menuntut agar persoalan penjualan tanah gogol gilir segera diselesaikan secara hukum karena menurutnya, banyak kejanggalan yang terjadi dalam proses penjualan. Lahan seluas 5000 m2 yang terletak di Dusun Langgri, Desa Sidokerto, Kecamatan Buduran Sidoarjo yang sekarang dijadikan Perum Griyo Sono Indah, properti milik PT. Kembang Kenongo.
Dalam forum tersebut FPS memaparkan bahwa lahan tersebut dijual Nasihin kepada pihak pengembang properti seharga Rp. 2.845.000.000,-. Hal inilah salah satu pemicu warga untuk melakukan demo karena penjualannya tidak transparan.
Setelah rembuk desa selesai, Ir. Heru Purwanto menjelaskan ada beberapa tuntutan yang tidak dipenuhi antara lain, pengunduran diri kepala desa. Melaporkan kepala desa ke Kejari Sidoarjo telah dilakukan tiga kali pelaporan yakni tanggal 1,28 Nopember dan 1 Desember 2024.
“Jika di Kejari tidak ada kemajuan, akan menggelar unjuk rasa di kantor kejaksaan untuk mendesak tindakan yang lebih cepat. Kami harapkan pengunduran diri kepala desa dan pengembalian tanah gogol gilir ke desa,” warga Rt 2, Rw.1.
Warga akan terus melakukan demo sampai tuntutannya terpenuhi. “Kami akan terus demo sampai tuntutan kami dipenuhi.” Pungkas Heru. (yun)