Dewan Pendidikan Jombang Periode 2025 – 2030 Ojok Dibanding Bandingke

Jombang –Metro Soerya.Suara Serak-serak basah, tapi bening kala itu mengalun dari bocah kecil di panggung Istana Kepresidenan pada peringatan 17 Agustus lima tahun yang lalu masih terngiang di pendengaran masyarakat. Minggu (17/08)
Farel Prayoga namanya kala itu tiba-tiba meledak. Gara-gara lagu sederhana: “Ojo Dibanding bandengke. Semua orang kemudian membandingkan, seorang anak kecil, yang notabene sebagai pelajar dan bukan penyanyi papan atas, begitu dahsyat lantunan lagunya hingga bisa bikin presiden ikut goyang di Istana.
H Ikhsan Effendi menyuarakan lewat sebuah narasi,” Farel itu sepertinya khas Jombang sekali, padahal ia bukan lahir di Jombang, Tapi semangatnya berani, apa adanya, nggak minder, seperti anak-anak pesantren di Jombang, percaya diri, bahkan di depan tokoh tokoh besar pun berani tampil.
“Kenapa saya tiba-tiba ingat Farel? Karena hari ini 15 Agustus Dewan Pendidikan Jombang rapat perdana dalam berkoordinasi
“Dewan Pendidikan Jombang itu sedang dilantik Bupati Haji Warsubi pada tanggal 12 Agustus untuk periode baru 2025-2030.“Anggotanya macam-macam, guru senior, tokoh masyarakat, pengusaha, aktivis NU, aktivis Muhamadiyah juga dosen senior,” Ungkapnya
Kata Efendi ” Saya sempat tersenyum bangga dalam hati, ini seperti grup musik, ada yang main kendang, ada yang pegang gitar, ada yang bawa suling, ada bidang pertimbangan, ada bidang pendukung penyelenggara, ada bidang pengawas, ada bidang mediasi, ini jelas harus kompak, Kalau tidak kompak, ya fals. Kalau bisa menyatu, bisa menghibur satu Kabupaten Jombang tentunya,
“Dewan Pendidikan memang bukan DPR. Tidak punya hak bikin perda, tidak bisa tanda tangan anggaran, tapi justru itu enaknya. Mereka semua bisa bicara lebih bebas, untuk monitoring jalannya terkait pendidikan, mengingatkan guru guru, memberi saran dan solusi tanpa takut ditegur.
Bayangan saya,” Dewan Pendidikan itu seperti Farel di depan Presiden. Anak kecil yang berani menyanyi apa adanya, tidak dibuat-buat. Presiden pun tersenyum, ikut bergoyang, dan dunia pendidikan di Jombang butuh itu, suara jernih yang kadang polos, tapi tulus.
“Masalah pendidikan di Jombang sebenarnya klasik. Sekolah unggulan makin unggul. Sekolah pinggiran makin pinggir. Guru banyak yang pintar teori, tapi kadang susah menyesuaikan dengan anak generasi TikTok. Belum lagi persoalan lama, yaitu biaya, fasilitas, dan motivasi.
“Apakah Dewan Pendidikan bisa menyelesaikan itu semua? Jawabannya tidak, tapi mereka bisa menjadi pengingat.
Pengingat bahwa sekolah bukan hanya gedung, bahwa belajar bukan hanya soal nilai rapor, bahwa anak-anak Jombang harus punya ruang untuk bernyanyi seperti Farel.” Jelas dia
Saya teringat satu kisah,”Beberapa tahun lalu, ada lomba nyanyi tingkat SD di Jombang, anak-anak tampil dengan baju rapi, nyanyi lagu nasional, ada yang fals, ada yang grogi, tapi ada satu anak yang malah menyanyi lagu campursari. Panitia sempat bingung, hingga penonton terhibur, anak itu tidak menang lomba, namun ia menang merebut hati orang.
Anak itu bukan Farel. Tapi semangatnya sama.“Dewan Pendidikan Jombang mestinya bisa menjadi penonton yang baik, tidak hanya menilai siapa juara, siapa kalah, tapi mendukung setiap anak untuk berani tampil, mencoba, jatuh, lalu bangkit lagi.
Saya juga membayangkan,” Dewan Pendidikan ini seperti tim kreatif. Mereka bukan hanya rapat formal. Mereka harus turun ke desa-desa. Lihat bagaimana guru honorer hidup dengan gaji Rp 500 ribu, melihat dari dekat bagaimana murid belajar dengan HP pinjaman, lihat pula ada sekolah yang masih rebutan kursi, tapi ada juga sekolah yang kursinya kosong.
“Kalau Dewan Pendidikan hanya duduk di kantor, ya sama saja, akan jadi klub diskusi elit, padahal pendidikan Jombang butuh “panggung kampung”
Di situlah saya ingat lagi pada Farel,” Anak kampung yang tiba-tiba jadi bintang nasional, bukan karena dia punya modal besar, bukan karena dia punya orang dalam. Tapi karena ia berani menyanyi dari panggung kecil, dan ada yang mau mendengar.(pul)