Dewan Pendidikan Jombang Ngamuk, Sidak MBG di SMP Temukan Makanan Busuk dan Susu Kadaluarsa

JOMBANG – MetroSoerya.Suasana tegang mendadak terjadi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Jombang saat Dewan Pendidikan melakukan inpspeksi mendadak (sidak) kualitas makanan pada program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo Subianto.
Sidak itu menyusul adanya laporan wali murid, jika ada siswa yang mengalami diare dan mual usai menyantap makanan program MBG.
Sembari membawa bukti surat dokter, Dewan Pendidikan bertemu salah satu petugas dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang menyalurkan MBG di SMP Negeri 2 Jombang dan bertanya kepada petugas tentang jumlah porsi yang disalurkan, namun petugas itu mengaku tidak tahu.
“Masak jumlahnya saja tidak tahu, ini program serius Presiden, jangan main-main,” kata salah satu Dewan Pendidikan, Hari Sukemi sembari mengklarifikasi atas persoalan yang terjadi.
Tak berselang lama, Dewan Pendidikan ditemui oleh kepala sekolah dan sejumlah guru. Dan meminta membuka satu persatuBG yang telah dipacking.
Fakta mengejutkan terungkap. Dewan pendidikan menemukan sejumlah susu kemasan yang telah kadaluarsa, buah jeruk yang yang telah busuk dan dikerumuni belatung hingga nasi goreng yang telah basi.
“Kami menggali informasi dari masukan warga, temuannya ada beberapa ada susu kadaluarsa, jeruk belatung dan nasi goreng basi, jeruknya ini kemarin,” kata Ketua Dewan Pendidikan Jombang, Cholil Hasyim saat diwawancarai di lokasi, Rabu (3/9/2025).
Temuan itu, sambung dia, akan dilakukan tindaklanjut guna perbaikan. Artinya, Dewan Pendidikan Jombang berkomitmen untuk terus mengawal keluhan masyarakat di bidang pendidikan untuk kemajuan Jombang. Terlebih, program ini merupakan program Presiden Prabowo.
“Tindak lanjutnya kami bicarakan bersama tentang yang kami dapatkan, kemudian harus ada perbaikan, kalau tidak ada perbaikan kami rekomendasikan, kalau ada perbaikan ya sudah,” terangnya.
Terpisah, Kepala SMP Negeri 2 Jombang, Etik Nuroidah mengatakan, pihaknya hanya selaku penerima manfaat dari program itu.
Namun, ia mengakui ada keterlambatan pengiriman dari SPPG. Hingga akhirnya data yang seharusnya diterima siswa menjadi kurang. Hal itu membuktikan jika profesionalitas SPPG dipertanyakan.
“Sekolah kami memang ada keterlambatan dari program MBG, akhirnya kurang, Selasa sudah diganti dan terlambat lagi,” keluhnya.
Keterlambatan itu disebutnya sangat merugikan. Bahkan wali kelas harus berkorban membelikan roti lantaran anak-anak tidak membawa bekal.
“Harusnya hari senin mintanya dikirim jam 11, datangnya jam 1an (13.00 WIB), harus menunggu, anak-anak sempat kelaparan, bahkan wali kelas sampai membelikan roti,” ungkapnya.
Bahkan, saat hari kedua terlambat itu sampai anak-anak pulang. Bukan hanya keterlambatan kepala sekolah juga membenarkan adanya keluhan dari siswa.
“Keluhan memang ada yang begitu nasinya tidak matang, kami mengimbau kepada siswa bagi yang menerima tidak layak akan kami tindak lanjuti,” pungkasnya.
Untuk diketahui, SPPG penyalur adalah SPPG Kepatihan dari Yayasan Puspa Wijaya Abadi.(pul)