Cetak Polisi Humanis, 247 Siswa Diktukba SPN Polda Jatim Dibekali Teknik Dalmas

MOJOKERTOlmetrosoerya.com, – Suara derap langkah yang serempak memecah keheningan Lapangan Catur Prasetya, Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Jawa Timur, pada Minggu (7/9/2025).
Sebanyak 247 peserta didik Pendidikan Pembentukan Bintara (Diktukba) Polri T.A. 2025 dengan sigap membentuk formasi untuk menerima materi pengenalan latihan pengendalian massa (Dalmas).
Kegiatan ini menjadi bagian krusial dalam kurikulum pendidikan untuk mencetak anggota Polri yang siap menghadapi dinamika massa di lapangan secara profesional dan terukur.
Komandan Batalyon Pengasuh Siswa Diktukba Polri SPN Polda Jatim, AKP M. Sohibul Yakin yang memimpin kegiatan menegaskan bahwa pengenalan Dalmas adalah fondasi utama bagi setiap calon Bintara.
Menurutnya, kemampuan mengendalikan massa bukan sekadar kekuatan fisik, tetapi juga soal mental, strategi, dan pemahaman prosedur yang ketat untuk menghindari tindakan represif.
“Para siswa ini calon tulang punggung Polri di lapangan. Latihan hari ini akan memperkenalkan materi Dalmas lanjut, di mana setiap gerakan memiliki tujuan dan aturan yang jelas,” tegas AKP Sohibul Yakin.
Ia menekankan Tiga teknik dasar yang menjadi fokus utama, yaitu desak maju, dorong maju, dan sikap berlindung.
Teknik-teknik ini, lanjutnya, dirancang untuk mengurai massa secara persuasif dan terstruktur sebelum situasi mengalami eskalasi yang tidak diinginkan.
Memasuki sesi praktik, para siswa dibimbing oleh instruktur sekaligus pengasuh, Aipda Choirul Huda yang dengan cermat mendemonstrasikan setiap gerakan.
Ia menjelaskan bahwa teknik desak maju digunakan sebagai langkah awal untuk mendorong massa mundur secara perlahan dan teratur, dengan mengandalkan kekompakan barisan dan tameng sebagai satu kesatuan.
“Kunci utama Dalmas adalah satu komando dan keseragaman gerak,” ujarnya.
Saat melakukan dorong maju, kekuatan tidak bertumpu pada individu, melainkan pada dorongan serentak seluruh tim untuk memecah konsentrasi massa yang lebih solid.
Ia juga memeragakan sikap berlindung yang esensial, yakni sebuah formasi defensif untuk melindungi diri dan rekan dari lemparan benda keras, sembari tetap menjaga barikade agar tidak dapat ditembus.
Sementara itu Kepala SPN Polda Jatim, Kombes Pol Agus Wibowo, S.I.K., menyatakan bahwa pelatihan Dalmas sejak dini merupakan wujud komitmen Polri untuk menciptakan aparat yang humanis.
Menurutnya, citra Polri di tengah masyarakat sangat ditentukan oleh bagaimana personelnya bertindak di lapangan, terutama dalam mengendalikan massa unjuk rasa.
“Polisi bukan alat kekuasaan, melainkan pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat. Oleh karena itu, dalam pengendalian massa wajib menggunakan pendekatan humanis,” ujar Kombes Pol Agus Wibowo.
Ia menambahkan bahwa setiap tindakan, mulai dari dalmas awal hingga dalmas lanjut, harus tetap berada dalam koridor hukum dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
“Tujuan utama kita bukanlah membubarkan massa dengan kekerasan, melainkan mengelola situasi agar tetap kondusif dan mencegah anarki,” pungkasnya. (*)