Mimpi yang Selamanya tetap Jadi Impian, Retorika Upaya Cuci Muka Seorang Pejabat Gagal

JOMBANG metrosoerya– Pernyataan dr. Puji Umbaran yang menyebut ingin mewujudkan “mimpi yang tertunda” untuk menjadikan RSUD Jombang sebagai rumah sakit rujukan setara tipe A, dinilai publik tak lebih dari janji kosong.
Dalam konfirmasinya, dr. Puji berkoar akan membangun fisik, alat kesehatan, ketenagaan, hingga menjadikan RSUD Jombang memiliki layanan unggulan seperti kardiovaskular dan trauma center. Ia juga mengaku ingin fokus pada penurunan angka kematian ibu dan anak, penguatan pelayanan maternal, serta penanganan penyakit tropis.
Respon beny Hendro Yulianto SH praktisi hukum juga pengamat kebijakan Jombang,
faktanya, selama 8 tahun lebih memimpin RSUD Jombang, janji itu tak pernah terbukti. Apa yang digembar-gemborkan hanya sebatas mimpi yang diulang-ulang, tanpa wujud nyata.
Alih-alih menjadi rumah sakit rujukan, RSUD Jombang justru dihantam berbagai masalah klasik: keluhan pelayanan yang tak kunjung usai, krisis alat kesehatan, sistem manajemen amburadul, hingga kasus penghalangan kerja wartawan yang mencoreng wajah transparansi pelayanan publik.
Janji membangun “teamwork solid” yang digaungkan dr. Puji pun tak lebih dari retorika. Bukti di lapangan menunjukkan justru ketidakharmonisan internal, birokrasi kaku, dan kepemimpinan yang arogan.
“Delapan tahun lebih memimpin RSUD Jombang hanya menghasilkan mimpi yang tetap jadi mimpi. Publik sudah jenuh dengan omongan indah tanpa realisasi. Ini cermin betapa bobroknya manajemen yang dijalankan dr. Puji Umbaran,” tegas beny
Kini publik mempertanyakan, jika dalam 8 tahun lebih saja mimpi itu tak terwujud, apakah masih pantas janji yang sama diulang kembali? Atau justru masyarakat kembali dipaksa percaya pada narasi kosong yang tak lebih dari upaya cuci muka seorang pejabat gagal? (Pul)