November 4, 2025

Metrosoerya.com

Berani, Tegas & Tajam

Sekdes Suka Banjar Diduga Belanja Tanpa Transaksi: “Lupa Bayar” atau Lupa Diri?

Spread the love
  1. Sekdes Suka Banjar Diduga Belanja Tanpa Transaksi: “Lupa Bayar” atau Lupa Diri?

 

Tanggamus – Metrosoerya.com

Satu lagi episode “Pejabat Berulah” tayang langsung dari Kabupaten Tanggamus. Kali ini, panggung utamanya adalah Alfamart Pasar Simpang Kota Agung Timur, dan bintangnya… seorang Sekretaris Desa alias Sekdes.

 

Inisial A, yang menjabat sebagai Sekdes Pekon Suka Banjar, diduga terlibat dalam insiden yang agak sulit dicerna logika—belanja, tapi lupa bawa niat untuk bayar. Kejadian yang disebut berlangsung antara tanggal 8 dan 9 September 2025 itu sontak jadi trending topic di grup WhatsApp emak-emak, bapak-bapak, bahkan grup mantan RT.

 

 

Seorang karyawan Alfamart yang di temui di sela sela menyusun mi instan dengan tenang, mengonfirmasi bahwa memang sempat terjadi insiden tersebut.

“Iya bang, bener bang. Kejadiannya tanggal 8-9, tapi penyelesaiannya tanggal 10. Udah damai kok,” katanya, dengan nada seperti baru selesai nonton sinetron episode terakhir.

 

Entah damai karena bayar atau karena jabatan, tidak dijelaskan lebih lanjut. Yang jelas, kasus ini selesai tanpa masuk ke meja polisi—cukup ke meja kasir dan (mungkin) meja perundingan dadakan.

 

 

Yang bikin masyarakat mendidih bukan cuma soal dugaan “lupa bayar”, tapi karena pelakunya adalah pejabat desa. Sekdes. Orang kedua di desa. Harusnya jadi contoh, bukan justru jadi konten grup WhatsApp.

“Malu, Bang. Masa sekdes kita levelnya kayak gitu? Gak bisa bedain mana tugas, mana etalase?” celetuk seorang warga sambil ngopi di depan warung.

 

Beberapa warga menyebut, kalau warga biasa mungkin udah dijemput pakai mobil berstiker “Patroli”. Tapi karena ini Sekdes, cukup dijemput pakai kata “damai”.

 

 

Saat dihubungi via WhatsApp oleh awak media pada Kamis, 18 September 2025, Kepala Pekon Suka Banjar memberikan jawaban khas sinetron patah hati:

“Wa’alaikumussalam, bisa langsung ketemu saya untuk penjelasannya.”balasnya singkat

 

 

Respons ini justru menambah kebingungan. Apakah benar ada kejadian yang mencoreng citra pekon? Atau ini hanya salah paham, yang sayangnya hanya dijelaskan setengah-setengah seperti sinyal di dalam gua?

 

Redaksi Bertanya, Warga Menjawab

Apakah insiden ini benar-benar selesai secara adil, atau hanya selesai secara adat “asal adem”?

Apakah standar moral pejabat desa sekarang cukup dengan minta maaf lalu lanjut ngantor seperti biasa?

 

Dan yang paling penting: kok bisa pejabat desa tergoda oleh barang-barang berlabel promo?

 

Penutup: Kasus Kecil, Luka Besar:

Dugaan pencurian recehan di minimarket memang bukan korupsi miliaran. Tapi ketika yang diduga pelaku adalah pejabat desa, persoalan jadi lebih mahal dari sekadar nota kasir. Karena ini soal kepercayaan. Soal contoh. Dan soal malu—yang kayaknya udah kehabisan stok.

 

Metrosoerya.com akan terus mengawal kasus ini. Kalau ada update dari Pak Kades, atau diskon dadakan di Alfamart, kami kabari secepatnya.(Tim

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!